BAB
III
SISTEM PEMBAKARAN
1.1 Proses Pembakaran
Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai
dengan produksi panas, atau panas dan cahaya. Pembakaran sempurna bahan bakar
terjadi hanya jika ada pasokan oksigen yang cukup. Oksigen (O2) merupakan salah
satu elemen bumi paling umum yang jumlahnya mencapai 20.9% dari udara. Bahan
bakar padat atau cair harus diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya
diperlukan panas untuk mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas
akan terbakar pada keadaan normal jika terdapat udara yang cukup.
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen
dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan
kalor. Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi
perlahanlahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi
dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan sampai mencapai suhu
nyala. Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana semua konstituen yang dapat
terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO2, air (= H2O), dan gas SO2,
sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa.
Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan
nitrogen, dan sisanya merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai
pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang
dibutuhkan untuk pembakaran. Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran dengan
cara menyerap panas dari pembakaran bahan bakar dan mengencerkan gas buang.
Nitrogen juga mengurangi transfer panas pada permukaan alat penukar panas, juga
meningkatkan volum hasil samping pembakaran, yang juga harus dialirkan melalui
alat penukar panas sampai ke cerobong. Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan
oksigen (terutama pada suhu nyala yang tinggi) untuk menghasilkan oksida
nitrogen (NOx), yang merupakan pencemar beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur
dalam bahan bakar bercampur dengan oksigen di udara membentuk karbon dioksida,
uap air dan sulfur dioksida, melepaskan panas masing-masing 8.084 kkal, 28.922
kkal dan 2.224 kkal. Pada kondisi tertentu, karbon juga dapat bergabung dengan oksigen
membentuk karbon monoksida, dengan melepaskan sejumlah kecil panas (2.430 kkal/kg
karbon). Karbon terbakar yang membentuk CO2 akan menghasilkan lebih banyak panas
per satuan bahan bakar daripada bila menghasilkan CO atau asap.
C + O2 CO 2
+ 8.084 kkal/kg Karbon
2C + O2 2 CO
+ 2.430 kkal/kg Karbon
2H 2 + O2 2H2O
+ 28.922 kkal/kg Hidrogen
S + O2 SO2
+ 2.224 kkal/kg Sulfur
Setiap
kilogram CO yang terbentuk berarti kehilangan panas 5654 kKal (8084 – 2430).
.1.2
Pembakaran Tiga T
Tujuan dari pembakaran yang baik adalah melepaskan
seluruh panas yang terdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan
pengontrolan “tiga T” pembakaran yaitu
- Temperature/
suhu yang cukup tinggi untuk menyalakan dan menjaga penyalaan bahan bakar
- Turbulence/
Turbulensi atau pencampuran oksigen dan bahan bakar yang baik
- Time/
Waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna.
Bahan bakar yang umum digunakan seperti gas alam dan
propan biasanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Uap air merupakan produk
samping pembakaran hidrogen, yang dapat mengambil panas dari gas buang, yang
mungkin dapat digunakan untuk transfer panas lebih lanjut. Gas alam mengandung
lebih banyak hidrogen dan lebih sedikit karbon per kg dari pada bahan bakar
minyak, sehingga akan memproduksi lebih banyak uap air. Sebagai akibatnya, akan
lebih banyak panas yang terbawa pada pembuangan saat membakar gas alam. Terlalu
banyak, atau terlalu sedikit nya bahan bakar pada jumlah udara pembakaran
tertentu, dapat mengakibatkan tidak terbakarnya bahan bakar dan terbentuknya
karbon monoksida. Jumlah O2 tertentu diperlukan untuk pembakaran yang sempurna
dengan tambahan sejumlah udara (udara berlebih) diperlukan untuk menjamin
pembakaran yang sempurna. Walau demikian, terlalu banyak udara berlebih akan
mengakibatkan kehilangan panas dan efisiensi.
Tidak seluruh bahan bakar diubah menjadi panas dan
diserap oleh peralatan pembangkit. Biasanya seluruh hidrogen dalam bahan bakar
terbakar. Saat ini, hampir seluruh bahan bakar untuk boiler, karena dibatasi
oleh standar polusi, sudah mengandung sedikit atau tanpa sulfur. Sehingga
tantangan utama dalam efisiensi pembakaran adalah mengarah ke karbon yang tidak
terbakar (dalam abu atau gas yang tidak terbakar sempurna), yang masih
menghasilkan CO selain CO2.
Dalam pembakaran proses yang terjadi adalah oksidasi
dengan reaksi sebagai
berikut:
Karbon + oksigen = Karbon dioksida + panas
Hidrogen + oksigen = Uap air + panas
Sulfur + oksigen =
Sulfur dioksida + panas
Pembakaran di atas dikatakan sempurna bila campuran bahan
bakar dan oksigen (dari udara) mempunyai perbandingan yang tepat, hingga tidak
diperoleh sisa. Bila oksigen terlalu banyak, dikatakan campuran “lean” (kurus).
Pembakaran ini menghasilkan api
oksidasi. Sebaliknya, bila bahan bakarnya terlalu banyak (atau tidak cukup
oksigen), dikatakan campuran “rich” (kaya). Pembakaran ini menghasilkan api
reduksi. Api reduksi ditandai oleh lidah api panjang, kadang-kadang sampai
terlihat berasap. Keadaan ini juga disebut pembakaran tidak sempurna. Seperti
diketahui, oksigen untuk pembakaran diperoleh dari udara yang terdiri dari 20%
O2 dan 80% N2. Sebagai contoh, bila diperlukan 1 lb O2, berarti memerlukan 4.32
lb udara atau setiap cuft O2 perlu 4.78 cuft udara. Gas N2 yang mengisi 80%
dari udara, tidak ikut dalam reaksi pembakaran, malahan menghisap panas dari
hasil reaksi pembakaran. Untuk menentukan jumlah O2 yang tepat pada setiap
pembakaran, merupakan hal yang tidak mudah.
Pada umumnya dipakai kelebihan udara. Keuntungannya tidak
terjadi pemborosan bahan bakar. Kerugiannya mengurangi panas hasil pembakaran.
Untuk ini dijaga ada kelebihan udara, tetapi tidak terlalu banyak (antara
5-15%). Dalam pembakaran, ada pengertian udara primer yaitu udara yang dicampurkan
dengan bahan bakar di dalam burner (sebelum pembakaran) dan udara sekunder
yaitu udara yang dimasukkan dalam ruang pembakaran setelah burner,
melalui ruang sekitar ujung burner atau melalui tempat lain pada dinding dapur.
1. Perbandingan
Udara – Bahan Bakar
Untuk memperoleh reaksi pembakaran yang baik diperlukan:
1.
Perbandingan tertentu antara bahan bakar dengan udara.
2.
Pencampuran yang baik antara bahan bakar dengan udara.
3.
Permulaan dan kelangsungan penyalaan campuran.
Campuran yang baik adalah yang homogen dan tiap partikel
bahan bakar harus kontak langsung
dengan partikel udara. Pada umumnya bahan bakar telah berubah menjadi uap (combustible
vapor) sebelum terbakar. Untuk mempercepat terjadinya “combustible vapor”
diperlukan proses pengabutan. Butiran-butiran kabut tersebut luas permukaannya
menjadi sangat besar, hingga mempercepat penguapan. Untuk bahan bakar padat, tentunya
tidak dapat dilakukan pengabutan. Untuk mendekati bentuk kabut tersebut
diperlukan pemecahan/penghalusan butirannya dalam “pulverizer” dan sprayer.
Pada awal pembakaran, diperlukan nyala api atau loncatan
api listrik setelah sebagian kecil bahan bakar mulai terbakar, maka sebagian panas
pembakaran digunakan untuk menaikkan suhu bahan bakar sampai suatu saat suhu
bahan bakar cukup tinggi untuk terbakar sendiri. Bila kondisi ini sudah
dicapai, bantuan nyala api sudah tidak diperlukan lagi.
1.2 Susunan
Gas Asap
Apabila pembakaran berlangsung sempurna, maka susunan gas
asap hanya terdiri dari: CO2, H2O, SO2, N2 dari udara dan O2 kelebihan.
Pembakaran tidak sempurna, maka disamping gas-gas tersebut di atas, terjadi
pula gas CO serta sisa bahan bakar yang tidak terbakar. Besarnya kadar gas CO2
dalam gas asap merupakan indikator sempurna atau tidak sempurnanya pembakaran.
3.4 Pencemaran
Pada proses pembakaran bahan bakar konvensional (bukan
bahan bakar nuklir), tak dapat dihindari kemungkinan terjadinya pencemaran,
baik oleh komponen-komponen dalam gas asap yang bersifat racun bagi kesehatan
serta mengganggu kenyamanan manusia, maupun oleh radiasi kalor. Khusus
pencemaran oleh bahan bahan hasil pembakaran, meliputi 5 macam bahan pencemar
utama yaitu:
- Partikulat, yaitu padatan atau cairan
yang sangat kecil, tersuspensi dalam gas asap. Partikulat ini terlepas ke
atmosfer, dan efek yang ditimbulkan berupa:
·
Terganggunya
penglihatan oleh kabut partikulat.
·
Menyebabkan
bronkhitis, emphysema dan kanker.
- Bas belerang oksida, atau SOx, yaitu SO2
dan SO3.
Biasanya gas SO3 terbentuk
dalam dapur karena oksidasi SO2 menjadi SO3. Akibat yang ditimbulkan oleh
gas-gas ini ialah:
Ø
Apabila terjadi kontak dengan air akan
terbentuk asam belerang (H2SO4) yang bersifat
korosif terhadap logam dan merusak instalasi dapur.
Ø
Gas SO2 dan SO3 membentuk kabut di atmosfer,
mengakibatkan terjadinya hujan
asam yang membahayakan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Ø
Menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
- Gas nitrogen oksida, terbentuk apabila
pembakaran dilakukan dalam udara, pada
suhu
yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena gas nitrogen N2 dan gas oksigen
O2 bereaksi membentuk NO dan NO2. Efek
yang ditimbulkan oleh gas ini ialah:
§
Dapat
merusak kehidupan tanaman dan binatang.
§
Mengganggu
kesehatan manusia karena menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
§
Bersifat
korosif pada logam.
§
Menimbulkan
hujan asam oleh terbentuknya asam nitrat di atmosfer.
§
Apabila
bereaksi dengan uap atau gas dari senyawa organik dengan bantuan sinar matahari dapat menimbulkan kabut
fotokimia.
- Gas karbon monoksida yang terbentuk
apabila pembakaran tidak sempurna. Efek
yang
ditimbulkan oleh gas CO bagi kesehatan manusia ialah:
Ø
Apabila
gas tersebut terhisap melalui pernafasan, gas CO bereaksi dengan haemoglobin dalam darah, sehingga
menghambat transfer oksigen yang membahayakan
kehidupan manusia.
- Gas-gas senyawa organik.
Akibat yang ditimbulkan oleh adanya gas ini adalah:
·
Di atmosfer dengan gas NOx membentuk
oksidant, berupa kabut. Kabut oksidant ini
menimbulkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan.
lumayan membantu terimakasi..
BalasHapus